Feeds:
Posts
Comments

Archive for June 27th, 2008

Kalau di Australia, minum wine (anggur).. merupakan bagian dari budaya sini.. Bahkan mereka bisa minum lebih dari 10 gelas dalam satu perjamuan formal..

Menurutku, di Indonesia.. merokok merupakan bagian dari budaya patrelinial Indonesia.. Kok bisa??

Yaa, lihat saja..

Pertama, distribusi perokok sangat merata di Indonesia.. mulai dari para eksekutif sampai preman hampir semua merokok.. Mulai di angkutan umum sampai di ruang tunggu eksekutif bandara.. Mulai dari ibu kota negara sampai ke dusun.. Mulai dari teras rumah sampai ke wc.. Bahkan di dalam ruangan kantor ber-AC.. Lupa semua peraturan ‘dilarang merokok’.. Tanpa lihat kanan kiri.. Asap mengepul dengan bebasnya.. Katanya sulit berkonsentrasi kalau tidak merokok..

Kedua, kebiasaan merokok didominasi oleh kaum adam.. Ada diskriminasi gender disini.. Kalau satu trilyun pria merokok, hal ini dianggap biasa… sebaliknya, kalau satu wanita merokok, hal ini masih dianggap aneh dan luar biasa di Indonesia.. Serunya disini, ada perbedaan kharakteristik diantara keduanya.. pria merokok dialami oleh seluruh lapisan masyarakat, pengecualian pada para pria yang memang sadar pada kesehatannya, pada kelompok pria muslim kental dan dan mayoritas pria alumnus western countries.. Namun kecenderungan wanita merokok di Indonesia didominasi oleh lapisan kelas sosial menengah ke atas dimana mereka memiliki pendapatan sendiri dan pastinya berpendidikan tinggi.. Kalaupun ada pengecualian, wanita perokok ‘kategori khusus’ ingin menyatakan kebebasannya terhadap semua pengekangan yang ada.. I am free like the wind..

Ketiga, merokok bagi kaum adam merupakan bagian dari sarana sosialisasi mereka terhap lingkungan.. Contohnya, sedang ronda ditawari rokok.. sedang berbincang-bincang ditawari rokok.. Malangnya, Indonesia masih menganut sistim ketimuran yang sangat kental dimana hubungan interpersonal sangat penting sekali.. sehingga masih sulit bagi sekelompok orang berkata tidak terhadap penawaran rokok.. Rokok merupakan alat mereka agat diterima di sekelompok sosial tertentu.. Contoh konkreat..Anak SD tidak akan sulit berkata ‘tidak’ apabila teman-teman terdekatnya menawari rokok (termasuk narkoba).. Meskipun mereka tahu dampak negatifnya.. Karena mereka takut dikucilkan..

Terakhir, karena rokok itu seperti candu.. Pertama ditawari kita tidak bisa menolak, kedua doyan.. ketiga ketagihan.. Nahh ini  yang repot.. Kalau orang sudah kecanduan merokok.. Mereka tidak akan berfikir cost and benefitnya.. Dampaknya terhadap perekonomian domestik.. Dampaknya terhadap kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya.. Bahkan perokok tulen di Indonesia akan merasa sengsara tinggal di luar negeri karena, contohnya di Australia, komposisi tembakaunya kurang menggigit.. kurang terasa katanya.. Sehingga perokok Indonesia yang tinggal di luar negeri rela melinting-linting rokok seperti di pedesaan di Indonesia.. Mereka tidak peduli harga rokok dalam dollar apabila diequivalent kan akan sama dengan 10 kg beras di Indonesia.. Mereka tanpa sungkan-sungkan menitip orang-orang Indonesia yang akan ke luar negeri demi dua slot rokok..

Bagi para produsen, para marketing rokok, termasuk pihak cukai..sangat suka budaya merokok di Indonesia karena hal ini sama saja artinya dengan ‘profit’ bagi mereka..Sebaliknya, budaya ini horor bagi orang-orang non-smoker..

Read Full Post »